Selasa, 03 Februari 2009

Business Process Reengineering

Fenomena bisnis pada saat ini cenderung lebih melihat sebuah perusahaan dari sudut proses dibandingkan dari sudut fungsional. Sebuah proses bisnis terdiri dari beberapa fungsi aktivitas yang dijalankan menurut urutan tertentu yang mengubah informasi atau material ataupun keduanya. Dalam pelaksanaanya proses bisnis memerlukan sumber daya manusia, data, teknis dan sistem informasi. Masing-masing memerlukan serangkaian tugas dan memiliki sumber daya yang berbeda dalam bisnis tersebut. Proses bisnis mengharuskan kelompok atau departemen yang berbeda dan ada di dalam perusahaan berpartisipasi dalam tugas-tugas yang menentukan sebuah proses. Salah satu contoh dalam proses bisnis adalah pengembangan produk dari konsep sampai dengan pengenalan produk di pasar. Sebuah proses bisnis tidak selalu harus berakhir pada aktivitas akhir yang dilakukan oleh sebuah perusahaan.

Pada awalnya, kebanyakan perusahaan terstrukturisasi menjadi fungsi-fungsi tertentu, seperti departemen penjualan, pengadaan, produksi, keuangan, akuntansi, dll. Proses bisnis seringkali harus dilakukan dengan melibatkan banyak departemen, yang kemudian menyebabkan inefisiensi dari proses bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Bisnis proses reengineering (BPR) dilakukan dengan tujuan merestrukturisasi organisasi menurut prinsip berorientasi pada proses. Dalam perkembangannya, pada tahun 70an dan 80an, perusahaan meningkatkan proses bisnis mereka dengan mengaplikasikan Just In Time (JIT) System dan Total Quality Management (TQM). Pada tahun 90an, perusahaan mencoba mengembangkan secara radikal proses bisnis mereka dengan bisnis proses reengineering (BPR).

Pada tahun 90an, Davenport & Short (1990) mengemukakan pendekatan baru pada manjemen proses, yaitu BPR. Ia mengemukakan BPR adalah pandangan akan sebuah strategi kerja baru, sebuah aktivitas nyata tentang desain proses, dan penerapannya pada dimensi tekhnologi manusia dan organisasi yang kompleks.

Salah satu faktor yang membantu dan mendorong proses perkembangan bisnis proses reengineering (BPR) adalah upaya standarisasi dari sebuah proses. Hal ini dapat dilihat dari berbagai standar manjemen proses yang diterapkan dalam dunia bisnis. Sebagai contoh: CMM, ISO, SixSigma, dll. Dengan munculnya standar manajemen proses yang secara universal diterima di berbagai bidang bisnis memungkinkan sebuah perusahaan yang berhasil menerapkan BPR secara efektif dan efisien memiliki kompetensi baru dengan menjual proses bisnis yang dimilikinya kepada pihak lain (outsource). Bagi perusahaan yang ingin fokus pada pengembangan proses bisnisnya dengan menitikberatkan pada core competency yang dimiliki, perusahaan dapat mengalihkan aktivitas non value added pada perusahaan lain sebagai pihak ketiga yang menyediakan sumber daya, sebagai contoh: recruitment. Proses ini dapat menjadi lebih mudah dengan adanya standar manajemen proses yang dapat memberikan kepastian pada pihak perusahaan yang memanfaatkan jasa outsourcing.

Untuk melakukan proses outsourcing dengan efektif, sebuah perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut diluar biaya:
1.Serangkaian aktivitas dan bagaimana aktivitas tersebut berjalan. Maka dari itu, perusahaan memerlukan standar dari aktivitas proses agar antara pihak penyedia dan perusahaan tersebut dapat berkomunikasi dengan mudah dan efisien tentang proses outsources.
2.Perangkat yang diperlukan untuk mengevaluasi sebuah proses adalah standar kinerja dari proses.
3.Perusahaan memerlukan standar manajemen proses yang mengindikasikan seberapa baik manjaemen proses yang mereka jalankan dapat diatur, diukur, dan apakah dilakukan peningkatan kualitas standar manajemen proses secara berkelanjutan.

Perkembangan teknologi termasuk menjadi salah satu faktor yang mendukung evolusi dari penerapan proses bisnis, termasuk bisnis proses reengineering (BPR), yang kemudian dikenal sebagai proses automatisasi. Automatisasi adalah sebuah rencana menggabungkan teknologi tinggi melalui perbaikan proses pelaksanaan pekerjaan demi meningkatkan produktivitas pekerjaan. Beberapa teknologi yang berperan besar pada implementasi BPR adalah:
1.Shared database – menyediakan informasi di banyak tempat (dalam hal ini departemen)
2.Expert system – memungkinkan generalisasi untuk melaksanakan tugas khusus
3.Telecommunication network – memungkinkan organisasi menjadi terintegrasi maupun terpisah dalam waktu yang sama
4.Decision-support tools – memungkinkan semua karyawan dapat terlibat dalam pembuatan keputusan
5.Wireless data communication – memungkinkan karyawan dapat bekerja secara flexible
Beberapa implementasi teknologi pada proses BPR memungkinkan sebuah proses bisnis dijalankan dengan lebih efektif dan efisien. Implementasi teknologi tersebut, berdampak langsung pada pemotongan biaya operasi, mempersingkat waktu proses, mengurangi pemakaian sumber daya, dan meningkatkan produktivitas.

Tidak ada komentar: